Solilukoi

bertatapan dengan cermin
selalu saja wajahmu beradu
tiap kali ku dapati senja membias jingga
dalam hitam malam yang begitu romantis
pada bilangan angka yang menamai dirinya: waktu

secuil angka itu terbujur di saku lusuh harapan
membebaskan benak juga degupku mengepung rembulan
membawa pergi adamu dari sudut paling remang
berselimut hangat serupa puisi dingin menikam
kala gugur mulai terengah di kerongkongan musim
ku dengar desahnya tersungkur
di atas tanah menerbangkan daun-daun
meranggas reranting
juga ingatan yang kian menggigil
“dan aku bertanya pada diam: apakah yang sanggup menggempur bongkah dendam
yang sanggup menyelip manis menggerus pahit kebencian?
kau menjawab: cinta,
hanya cinta yang mampu”


Bojonegoro, Juni
*Puisi ini pernah diterbitkan oleh Penerbit Sahabat Kata dalam Antologi Seratus Hati Berbagi Kasih


 




Comments

Popular Posts