Sinopsis Eulogi Bertasbih

Aku tidak perlu kuil-kuil, masjid atau gereja-gereja. Doaku sebagaimana udara. Biar saja berterbangan memenuhi semesta.
Aku bukanlah seorang suci. Bukan pula priyayi. Tidak juga pendeta atau tokoh agama selainnya. Aku hanya seorang pecinta, pemahat kata. Barisan abjad adalah doa padaNya. Aku ingin kau mengingatku sebagai penyair. Bersama hening tintaku khusyuk berdzikir.

Untuk satu alasan yang menjadi nafas di setiap gerak langkah. Menjadi penerang di setiap padamnya titik-titik cahaya. Membawa simpul hidup serta harapan, kala nyawa berniat meninggalkan raga. CintaMu Tuhan.. ku damba dalam doa.

Kehilangan juga perih kenyataan ini membuatku sekali lagi mengingat tuhan.

Sajak dan doa akan menenangkan keresahan juga kesepianmu, yang tak terjangkau oleh penjagaanku

Tak lagi ku ingini lupa ingatan. Jika kenangan ini adalah satu-satunya perbincangan antara kita dan tuhan.

Impian adalah tempat asa dimakamkan. Sedang doa adalah peziarah yang tak pernah tabah melupakan.

Tuhan, tak satupun doa kuhafal. Tidakkah kau dengar degup asa jiwaku berpijar?

Tak ku miliki janji yang megah. Cintaku sesederhana tanah. Jika ampunanMu adalah hujan, kan ku serap tiada sudah.

Aku tidak merapal mantra sebagaimana mereka menyebutnya doa. Hanya hati dan benakku senantiasa mengeja harap. Segalanya baik-baik saja, dan kau temukan bahagia itu disana. Semoga

 
Fenny Wahyuni,
Malang, 27 Juli 2012

Comments

Popular Posts