Jazirah Kenangan



kulihat kota ini membeku dalam gigil
lengang jalanan
menyisakan basah birahi musim
angin tersengal tak beraturan
mencumbu wajah
juga bibirmu yang mulai gemetar
kedinginan

dikota ini
yang pernah merasakan hangat dekapmu
malam terkapar
dalam hening tanpa takar
tetes cairan lelangit sedari petang
menambah kesunyian begitu merajam
kata-kata pun
bersembunyi di balik nisan

tempat setiap kematian dikuburkan

orchestra syahdu
bertalu sepi tak terjamah. purnama hanya
separuh saja berjingkat
menabur pendar bersungut pekat yang dulu
menyesatkan langkahku
dari hangat ciumanmu yang lekat.
cinta  dan kenangan, keduanya
matikah? atau hanya sekarat
menanggung rindu begitu sarat? 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmuqSG-5sjJefazpzT3-AvJ054NxHtJ6ooC9n48rJLSeaCgy6X7KHnFI46OhtqAgVrtDOyFARzMDj9L908jAEZalP4eMXKqHrDF0FNSPBZULQhMB103J_vY1XuIDW92cNrZhl2JEffgi0z/s1600/days-are-cold-without-you.jpg

 
Fenny Wahyuni,
Malang, 16 Agustus 2012 - 01.30 am
*Ditulis sambil nyisir jalan tengah malam, pindah warkop, gemerutuk kedinginan. Memunguti sisa-sisa kenangan flashback empat tahun silam ~ *angin malam di Malang akhir bulan ini memang tak lagi berkawan, dinginnya menembus pori-pori dan belulang. Jadi nafsu pulaaangg..
  




Comments

novi rahantan said…
mak, jangan sekarat dulu karena kenangan...
sebelum mengajariku buat puisi :)
bale bengong said…
Pulanglah nak.. puisimu udah rindu tanah lahirmu :P
Unknown said…
menyayat.....rinduku terhibur, tapi hatiku siap2 untuk dikubur.

Popular Posts