Wednesday

Thanks God, for this Love..


Hi world..
Aku masih disini, sengaja tak menyapamu sejak lama. Menepikan ingatan yang bertahun meronta. Sekarang aku telah benar-benar kehilangannya, rasa bahkan ingatan tentangnya tak lagi hinggap merayapi benak juga detak seperti silam dimana semua terasa sesak menghujam. Aku senang karenanya, toh saat ini tentu saja dia  telah bahagia. 

Aku masih disini, mengagumi senja juga pendar purnama yang mendamaikan. Hujan tak jarang selalu lebih peka mendengarkan ceritaku, bahwa hidup bukanlah sekadar persoalan bertahan. Kita perlu berjalan, bahkan berlari meski begitu tak berarti kita meninggalkan tempat semula. Aku telah berdamai dengan masa lalu, menempatkanmu pada salah satu bilik batinku.

Aku selalu gagal menjadi diriku. Selama ini aku tak sempat berjingkrak, berteriak, memperkosa kegagapan norma. Persetan dengan semuaaa. Shittt !! I have my own rules.

Hari ini hidup mempertemukanku dengan nama –nama juga karakter baru. Meski tak banyak, keadaan baru yang bermunculan selalu bisa mengganti, memberi detil lain dalam perjalanan. Aku tak sebegitu yakin, hanya saja aku senang didekatnya. Itu saja, cukup menguatkanku. Pedih yang berlapis tahun menghunjam batin masih membayang, meninggalkan perih hingga detik ini. Aku tak ingin berharap lebih.

Aku bahagia mengenalnya, sesekali memanggil nama dan bersilang senyum dengannya. Semoga, ia mendapatkan kebahagiaan sebanyak tangis yang telah meluruh dari pedih yang menguatkannya.

Ah, mungkin tak semudah itu. Tak munafik, aku ingin ia merasai hal sama atau setidaknya berkata padaku:

“Terima kasih telah berterus terang.. apa dan bagaimanapun akhirnya, kau memang harus berani menuntaskan perasaanmu. Terima kasih telah tidak menjadi penakut.”

Lantas kita berjalan beriringan, duduk diatas atap gedung megah seberang jalan tempat kali pertama kita bertemu, memandang lampu-lampu kota yang entah lebih binar mana dari mata seorang kanak. Kau disampingku menguatkan, memutar All You Need is Love-nya the Beatles. Memperdengarkan padaku sembari berbisik “Kelak jika kau ingin meminjam pundak, kemarilah.. untukmu aku akan berusaha berdiri lebih tegak.”

“Bisakah kita bernyanyi bersama?” pintamu

Love, Love, Love.
Love, Love, Love.
 
Love, Love, Love.

There's nothing you can do that can't be done.
Nothing you can sing that can't be sung.
Nothing you can say but you can learn how to play the game.
It's easy.

Nothing you can make that can't be made.
No one you can save that can't be saved.
Nothing you can do but you can learn how to be you in time.
It's easy.

All you need is love.
All you need is love.
All you need is love, love.
Love is all you need.

All you need is love.
All you need is love.
All you need is love, love.
Love is all you need.

Nothing you can know that isn't known.
Nothing you can see that isn't shown.
Nowhere you can be that isn't where you're meant to be.
It's easy.

All you need is love.
All you need is love.
All you need is love, love.
Love is all you need.

All you need is love (Paul: All together, now!)
All you need is love. (Everybody!)
All you need is love, love.
Love is all you need (love is all you need).

Yee-hai!
Oh yeah!
She loves you, yeah yeah yeah.
She loves you, yeah yeah yeah.












“I love you and always be true,
Karena aku temanmu dan akan selalu..” kau menggenggam tanganku erat sembari tersenyum kearahku dan kita kembali bernyanyi, tawa kita pecah bersamaan.. 

Thanks God, for the love that I am the only one feeling this.. :)


April 2013
Menanggal, Surabaya

No comments:

A Meaningful Life is Bigger than a Happy Life (?)

Pada satu pagi di tahun 2017, cuit burung di luar rumah terdengar saling bersahut. Aku lupa kapan persisnya, tapi masih bisa kuingat udara p...