Wednesday

... dan Lolong Anjing itu


pada dini hari,
disudut hening dan musim dengan wajahnya yang dingin
seorang perempuan dengan tatapan kosongnya
berdiri seorang diri di jalan menuju makam
tampak masih segar kembang digenggamannya
sesegar ingatan pada salah satu nama yang tertulis tepat didepannya

yang terbentang di bawah matahari
tak lagi ia rasa kehangatannya
pula bumi, tak lagi ramah dipijaknya
ia masih disana,
berdiri di jalan menuju makam, ingatannya menerawang
pada seorang, pada silam juga tuhan

kelam tengah mabuk menyenggamai semesta
deru kesunyian kian tajam bersuara
sementara dilorong-lorong sempit, jalan ke-arah hutan
kala segala yang kasat menjelma bayang

... lolong anjing itu isyarat maut
tak setiapnya bercerita kepergian
meski begitu, selalu ada hati yang kehilangan

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi67kbtagBfhSPIuIk5MvMEB-z0ve5R5-OXZNxBk9DistvrvRFFGG9KcOCNJAHXUcfsSmmVckwZ1YmPpg5ZjFij5zYU5yUv9H9tkfw6uInY49GTrayYiYCLHm2tudHnypuG6QTgZK1uLtE/s1600/galau.jpg

Fenny Wahyuni,
Menanggal – Surabaya, Mei 2013

No comments:

A Meaningful Life is Bigger than a Happy Life (?)

Pada satu pagi di tahun 2017, cuit burung di luar rumah terdengar saling bersahut. Aku lupa kapan persisnya, tapi masih bisa kuingat udara p...